Friday 22 April 2016

Spectre

Hal yang paling menghiburkan adalah manakala saya dan suami tersayang menikmati waktu berduaan kami sambil menonton film kesukaan di rumah DAN mulai mengomentari film yang ditonton. Sebenarnya suami saya ini penikmat film yang gak demen kasih spoiler atau ngobrol2 sepanjang film berlangsung. Jadi ingat waktu pertama kali kami nonton bareng waktu masih muda dulu, saya sibuk bertanya ala anak komunikasi (rumus 5W1H), dan dia tegur saya habis-habisan karena perbuatan saya mengganggu ketertiban umum (dan ketenangan jiwanya juga).
Cuma, kali ini kami (dia, lebih tepatnya), agak sedikit iseng ngomentarin film SPECTRE nya James Bond (selain komentarin James Bond yang kudu ada sisipan romantismenya itu).

  1. Saya : Dy, kenapa sih film2 James Bond kudu lama di awalan, ada kali 10 menit sendiri sebelum judul ditayangkan. Trus lagunya soundtrack nya full dibunyiin diawal film?                 Suami : Iya yak. Ngantuk juga ya (padahal yang ngajakin dan mandan antusias ya dia. Tumben)
  2. Saya : Dy, itu yang cewek sempet2nya nge blow rambut di kereta pas dinner. Baru juga berangkat siang, malemnya udah dinner bareng James Bond. Suami : hhehe. Itu James Bond ganti-ganti jas mulu, tas nya kecil padahal. 
  3. Saya : Dy, itu ceweknya ganti2 bajunya juga. Sepatunya juga. Diitung-itung ada 3 pasang sepatu selama dua hari. Mana high heels semua. Sama ma James Bond, tas nya kecil juga. 
  4. Suami : aku heran sama kaum cewek ini. Itu high heels begitu dibawa jalan di gurun sama jalan berbatu, gak takut kesangkut? Saya : aku pernah  kayak gitu, dy. Makanya sampe sekarang ogah pake hak tinggi. 
  5. Suami : tuh, iklan lagi iklan lagi (yang pernah nonton seri Bond pasti ngeh). 
Ya sudah, disudahi saya celotehan malam ini. Moral storynya semoga dapet, ialah bahwa dalam sebuah hubungan, perlu lah dihiasi dengan tindakan jayus macem gini.


Wednesday 6 April 2016

Stop multitasking, start prioritising (bagi yang mo nyoba aja)

Suatu hari meeting dengan bos di sebuah cafe, waktu menunjukkan pukul 10 pagi. Tidak ada pilihan bagi pekerja part time seperti saya untuk membawa anak ke meeting hari itu (tentu saja dengan sepengetahuan si bos). Segala perlengkapan meeting dan mainan si anak pun dibawa sehingga dia tidak ngerecokin mamanya.
Singkat cerita si anak cukup bertahan satu jam dengan pensil dan kertas-kertasnya. Selebihnya, dia sibuk narik-narikin baju emaknya minta keluar dari tempat meeting. Sudah coba dialihkan dengan mainan yang lain, dan hasilnya malah makin gak konsentrasi dengan omongan si bos.
" It's ok, Liza. Yah begitulah 'seni' nya jadi seorang ibu ya, Liza. Kamu bisa menyimak diskusi kita sambil cari cara supaya bikin anakmu tenang. "
Begitu kata si bos yang kebetulan seorang ibu rumah tangga. Yah kami senasib memang (bedanya dia sudah jadi bos sukses, saya baru dalam proses menjadi bos sukses. Hahaha).  Gak tau itu sindiran atau nggak, tapi saya bisa lihat tatapan melasi yang dia luncurkan ke saya. Makasih, bu atas pengertiannya.
Cerita sederhana tentang mengerjakan dua hal di saat yang bersamaan ini mungkin gak seberapa. Masih banyak kejadian luar biasa lain yang sering kita alami (mostly happens to mommies). Kerja sambil nyuapin anak, masak sambil diteleponin client Belum lagi soal kerjaan di kantor. Kita lagi kerjain A, tapi bos bilang butuh segera kerjain yang B, dan teman kerja dengan galaunya minta dibantuin kerjaan C, dst.
Ada penelitian yang menyebutkan bahwa hanya 2% dari pekerja mustitask yang sukses dikerjakan dan produktivitas menurun 40% saat dikerjakan mutitask.
So, bagi yang mau coba, stop mutitasking, and start prioritising. Kalo ada yang mo coba aja. Kalo yang masih mo multitask, ya monggo, karena menurut gw, sekali mendayung, dua-tiga pulau terlampaui (tapi terlambat nyampe!)

Friday 1 April 2016

5 funny things I remember about you

Sudah jadi tradisi untuk nulis blog setiap malam tanggal 31 Maret 2016. Hari ini tepat 6 tahun berpulangnya papa. Malam ini mau tulis yang lucu2 tentang papa ah. Ini mo bikin kuis2 an dulu.

  1. Kebiasaan papa yang nurun ke aku : kalo makan, jempol kiri berfungsi jadi garpu buat nadahin makanan supaya gak jatoh2 saat disendokin :)
  2. Kata-kata yang sering diucapin papa yang paling males gw denger : "ah, susah itu.." Apalagi waktu gw minta ijin kerja ke NTT, ucapan itu yang sering banget dia sebutin. AAAHHHH... :)
  3. Buah kesukaan yang cara makannya rada aneh (menurut gw) : mangga di iris2, terus dicocolin garam. Mangga udah asem, dicampur asin. 
  4. Penyanyi favorit : BROERY MARANTIKA. Sampe gaya nyanyinya juga ngikutin dia. Mungkin karena berasa sama2 orang Ambon, jadi ngerasa suara beda tipis. HIHIHIII :)
  5. Papa bukan humoris, tapi dia paling seneng kalo denger jokes menado yang dibuat sama Hembo. HUAHAHAHA. Papa bisa minta ulang-ulang ceritanya. 
Kalo ada yang lucu2 lagi nanti mo ditambahin, ah.




Tuesday 29 March 2016

Si emak blogger yang #BahagiaDiRumah

Sebagai bagian dari orang yang tergolong ESFJ , menjadi ibu rumah tangga dengan sedikit waktu untuk bersosialisasi adalah hal yang menantang sekali. Sedikit cerita tentang ESFJ, ESFJ adalah salah satu dari 16 personalities yang dikembangkan oleh Myers-Briggs (mungkin ada yang pernah dengan test personality MBTI). Extroversion, Sensing, Feeling, Judging. Itulah kurang lebih singkatannya. Sederhananya, kepribadian saya adalah orang yang suka bersosialisasi dengan orang sekitar, mengandalkan data dan observasi dalam berpikir, decision making based on feeling, dan suka akan keteraturan (organized).

Saya sebut menjadi ibu rumah tangga dengan sedikit waktu bersosialisasi (karena kudu stand by di rumah dengan segala urusan kerumahtanggaan dan anaknya) menjadi hal yang menantang karena sifat "E" nya saya itu (extrovert). Agak galau kalau sudah selesai semua pekerjaan rumah di pagi hari. Mau bikin apa lagi? Duh, saya kangen ngobrol2 dan diskusi dengan teman kerja, lunch di luar kantor, nongkrong2 afterwork dan sebagainya.

Anyway, pilihan sudah diambil. Saya pun siap dengan segala risikonya. Hari ini tepat sebulan sejak saya tinggalkan kantor dengan segala hiruk pikuknya. Dengan semangat membaja, ada serangkaian rencana yang sudah dibuat untuk mengisi waktu selama menjadi ibu RT (supaya emak yang satu ini gak galau :) ).

Jadi metamorfosanya adalah sebagai berikut :
1. Tidak punya pemasukan tambahan dan mengandalkan single income dari suami mengharuskan saya untuk lebih berhemat mengatur keuangan keluarga. Yah, konsekuensinya sih masak tiap hari, dan memang jadi lebih hemat sih. Jarang makan di luar (kecuali weekend, saya off dulu jadi koki. Hahaha).

2. The best part adalah saya dapat melakukan apa yang sudah diimpikan sejak dulu, menekuni isu seputar life-long learning, dengan fleksibilitas waktu bekerja tentunya. Ini salah satu dasar saya resign dari kantor sebenarnya. :)
Jadi, setelah PR selesai di siang hari (yaitu masak, nyuci, antar jemput anak ke sekolah, dan kegiatan kerumahtanggaan lain), saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk kontemplasi untuk menuangkan ide di blog. Bahasan di blog lebih kepada mengangkat isu seputar pendidikan bagi anak-anak sekolah dan guru-guru, serta mengkonsep proyek taman bacaan di komunitas yang membutuhkan.

Nah, lalu dimanakah kegalauan saya untuk bersosialisasi itu terobati? Tentu saja dengan sharing ideas dengan orang-orang terdekat seputar misi ini. Saya berterima kasih kepada teknologi yang bisa mempermudah komunikasi. Jadi tidak perlu bertemu secara fisik, tapi komunikasi lewat email, whatsapp, dan telepon membuat kegalauan si extrovert terobati.

Event NOVAVERSERY sendiri sudah pasti menjadi trigger tersendiri bagi saya dan fase terbaru ini. Saya percaya kekuatan menulis, bahasa tulisan, dan publikasi akan nilai-nilai hidup yang positif akan memberi warna bagi siapa saja yang menikmatinya, baik itu si penulis maupun si pembaca. Tulisan inspiratif dari Tabloid Nova sudah dinikmati selama 28 tahun, dan akan terus dinikmati dan dinantikan bagi pembaca setianya.

Mari menulis dan berbagi insipirasi, Tabloid Nova.

Tertanda
Emak blogger yang #BahagiaDiRumah
:)

Wednesday 23 March 2016

Pak Udin Becak

Waktu menunjukkan pukul 9 pagi dan saya masih sibuk suapin Terra sembari gantiin bajunya. Kami harus ke sekolah setidaknya jam 9.15 karena perjalanan memakan waktu kurang lebih 25 menit. Biasanya kalau masih banyak waktu, kami terbiasa berjalan kaki dari rumah ke jalan raya depan (sekitar 1 km). Itung-itung olahraga. Jalan ke depannya itu sendiri memakan waktu paling lama 15 menit. Terra juga suka jalan kaki (walaupun di tengah perjalanan minta digendong).

Kalau di kota besar peak hours karena macet itu di pagi hari (misal three-in-one start jam 06.30 sampe 10 pagi), ya kurang lebih sama lah dengan keadaan di rumah. Setelah menjadi ibu rumah tangga ini, justru rush hour nya berasa banget. Kudu bangun pagi dan buru2 ke warung sebelah membeli sayur dan lauk pauk. Selepas suami pergi kerja, segeralah berkutat di dapur. Jangan ditanya bagaimana dengan Terra di pagi hari, karena kalau tidurnya cukup di malam hari dia sih asik2 aja kalau main sendiri di pagi hari. KALAU dia masih ngantuk, wahhh challenge banget itu. Mau masak tapi si anak minta ditemenin bobok di kamar. Para ibu pasti mengerti dilema yang satu ini.

Sama kejadiannya dengan pagi ini, perhitungan masak-masak saya meleset karena ke warung terlambat. Eh jangan khawatir mak Terra, kamu kan punya nomor telepon abang becak yang mangkal di jalan raya depan sana. Segeralah saya cari nomor abang becak. Saat di telepon, dia gak angkat. Haduh, bakal telat dah ini anak.

Waktu menunjukkan 9.20. Terra sudah selesai makan. Kami pun segera siap-siap keluar rumah. Eh, tiba-tiba telepon berbunyi tapi dari nomor yang tidak dikenal. Setelah telepon diterima, barulah diketahui ternyata bapak Udin yang dinanti-nanti telepon balik. Segera saya booking si abang tukang becak ini.

Ya betul, pak Udin punya dua nomor telepon. Canggihnya. Dia sadar akan kebutuhannya sebagai seorang tukang becak (bukan online) yang banyak pelanggan.

Hari ini Jakarta punya cerita heboh dan miris. Demo dari paguyuban pengemudi pangkutan darat (volume terbesar dari taxi). Demo nya sih gak apa2 menurut saya, wong itu sebagai wujud demokrasi. Mirisnya adalah saat mengetahui demo ini diembel2i dengan aksi timpuk sana sini yang membahayakan penumpang dan supir yang masih mau bekerja, mengganggu ketertiban umum, dan merusak transportasi itu sendiri bahkan lingkungan tempat para pendemo beraksi (tukang taman sampe ribut karena tamannya rusak, kasihan kan..).

Kalau inget perkataannya si tikus jago masak saat berdebat dengan ayahnya di film Ratatouille, "change is natural" , kurang lebih begitulah yang terjadi sekarang. Transportasi berbasis online menjadi alternatif lain yang digunakan customer adalah sebuah hal yang bisa ditebak pasti terjadi karena jaman berubah, teknologi sudah maju, kreativitas menghasilkan hal-hal seperti ini. Ya seperti si pak Udin abang becak ini. Dia gak lagi nongkrong di pangkalan becak. Dia jemput bola, sebarin nomor teleponnya (kalau dia canggih bisa bikin aplikasi online juga pasti dia ikutin jejak gojek).

Saya gak mau ngomongin gimana solusi kedua belah pihak (transport konvensional dan transport online) karena itu berat dan panjang, saya cuma mo bahas kekaguman saya dengan PAK UDIN BECAK (begitu namanya tertulis di contact name hape saya).



Monday 21 March 2016

Mantau Hujan

"Ma, ada air masuk rumah kita", seru Terra tadi siang jam 11.30. Mamanya yang lagi asik selonjoran sehabis beberes rumah langsung berdiri. Air masuk perlahan dari teras rumah, sementara air di depan jalan sudah menggenang cukup tinggi. Wah, ini bakal seperti kapal Titanic kah? Sejenak kepikiran kayak gitu, eeh ternyata enggak, airnya perlahan lahan tapi pasti kok masuknya. Ya tapi itu, masuk broh!. Segera Terra diinstruksikan untuk mengambil posisi patung di atas sofa, sementara mamaknya segera mencabut colokan2 yang ada di rumah, serta melipat karpet dan pritilan mainan si anak yang berarakan di lantai tempatnya bermain.

Kamar mandi. Iyak kamar mandi kudu dipantau juga nih. Eh beneran, air hampir semata kaki di kamar mandi. Botol pembersih lantai sudah terapung di lantai kamar mandi. Air ini disinyalir berasal dari lubang pembuangan kamar mandi. Yowis, mamak pun sigap tutup lubang air dengan ember guede nan berat.

Anak di ujung rumah memanggil mamanya, mamanya nimbain air di kamar mandi. Tetangga depan rumah sudah memanggil "Mama Terra, air sudah sampe mana?" Luar biasa kejadian siang ini.

Singkat cerita, air surut satu jam kemudian. Air sudah dibuang2in, lantai sudah dipel. Mamak pun selonjoran lagi. Terra pun bertanya " Ma, banjir ya tadi? Terus kita gimana?" Mama pun menjawab "Iya, Terra. Tadi banjir. Tapi sudah gak lagi kok." Dua kali dia tanya "Terus kita gimana?" Mamanya menjawab "Ya gak gimana2 Terra. Kita gak bisa menolak fenomena alam ini"

Asli ini jawaban sok bijak banget. HAHAHAA.

Sore ini, gerimis sedikit sedikit datang dan pergi. Jadilah kali berdua mantau hujan di depan rumah. Hujan, datanglah jika kamu mau datang. Cuma kalo bisa jangan lama2 ya.

Ya begitulah cerita hari ini.