Sebagai bagian dari orang yang tergolong
ESFJ , menjadi ibu rumah tangga dengan sedikit waktu untuk bersosialisasi adalah hal yang menantang sekali. Sedikit cerita tentang ESFJ, ESFJ adalah salah satu dari
16 personalities yang dikembangkan oleh Myers-Briggs (mungkin ada yang pernah dengan test personality MBTI). Extroversion, Sensing, Feeling, Judging. Itulah kurang lebih singkatannya. Sederhananya, kepribadian saya adalah orang yang suka bersosialisasi dengan orang sekitar, mengandalkan data dan observasi dalam berpikir,
decision making based on feeling, dan suka akan keteraturan (
organized).
Saya sebut menjadi ibu rumah tangga dengan sedikit waktu bersosialisasi (karena kudu stand by di rumah dengan segala urusan kerumahtanggaan dan anaknya) menjadi hal yang menantang karena sifat "E" nya saya itu (extrovert). Agak galau kalau sudah selesai semua pekerjaan rumah di pagi hari. Mau bikin apa lagi? Duh, saya kangen ngobrol2 dan diskusi dengan teman kerja,
lunch di luar kantor, nongkrong2
afterwork dan sebagainya.
Anyway, pilihan sudah diambil. Saya pun siap dengan segala risikonya. Hari ini tepat sebulan sejak saya tinggalkan kantor dengan segala hiruk pikuknya. Dengan semangat membaja, ada serangkaian rencana yang sudah dibuat untuk mengisi waktu selama menjadi ibu RT (supaya emak yang satu ini
gak galau :) ).
Jadi metamorfosanya adalah sebagai berikut :
1. Tidak punya pemasukan tambahan dan mengandalkan
single income dari suami mengharuskan saya untuk lebih berhemat mengatur keuangan keluarga. Yah, konsekuensinya sih masak tiap hari, dan memang jadi lebih hemat sih. Jarang makan di luar (kecuali
weekend, saya
off dulu jadi koki. Hahaha).
2.
The best part adalah saya dapat melakukan apa yang sudah diimpikan sejak dulu, menekuni isu seputar
life-long learning, dengan fleksibilitas waktu bekerja tentunya. Ini salah satu dasar saya resign dari kantor sebenarnya. :)
Jadi, setelah PR selesai di siang hari (yaitu masak, nyuci, antar jemput anak ke sekolah, dan kegiatan kerumahtanggaan lain), saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk kontemplasi untuk menuangkan ide di blog. Bahasan di blog lebih kepada mengangkat isu seputar pendidikan bagi anak-anak sekolah dan guru-guru, serta mengkonsep proyek taman bacaan di komunitas yang membutuhkan.
Nah, lalu dimanakah kegalauan saya untuk bersosialisasi itu terobati? Tentu saja dengan
sharing ideas dengan orang-orang terdekat seputar misi ini. Saya berterima kasih kepada teknologi yang bisa mempermudah komunikasi. Jadi tidak perlu bertemu secara fisik, tapi komunikasi lewat
email, whatsapp, dan telepon membuat kegalauan si
extrovert terobati.
Event
NOVAVERSERY sendiri sudah pasti menjadi
trigger tersendiri bagi saya dan fase terbaru ini. Saya percaya kekuatan menulis, bahasa tulisan, dan publikasi akan nilai-nilai hidup yang positif akan memberi warna bagi siapa saja yang menikmatinya, baik itu si penulis maupun si pembaca. Tulisan inspiratif dari
Tabloid Nova sudah dinikmati selama 28 tahun, dan akan terus dinikmati dan dinantikan bagi pembaca setianya.
Mari menulis dan berbagi insipirasi, Tabloid Nova.
Tertanda
Emak blogger yang #BahagiaDiRumah
:)