Friday 29 May 2015

Purwokerto, we put our heart in you


"..Dan anak kecil ini memegang kacang kulit yang sengaja dibungkusin oleh Mbah Uti (Yu Mar) sebagai oleh2 untuk di perjalanan esok hari naik kereta kembali ke Jakarta..."












Ya, Terra bertemu dengan sobat tua mamanya semasa kuliah dulu, si penjual piscok dan gorengan yang tiap hari menjajakan dagangannya di kampus orange, Fisip Unsoed.

Yu Mar, saat kami kunjungi di siang itu bersama Vincent, si petualang alam yang sekarang lebih suka bertualang dengan motor besarnya, berteriak antara bahagia dan marah. "Icha... lha Alloh mbak Icha... Bapak, kiye mbak Icha pak..." ya Alloh Icha ko tega bener chaa... tega bener" Lupa kalimat jawa yang terucap di mulutnya, tapi kurang lebih artinya tega karena sudah lama tidak mengunjunginya. Sedikit tangisan pecah di siang itu, tapi tidak berlangsung lama karena kami mulai berbincang2 tentang banyak hal mulai dari kondisi kesehatannya sampai keadaan kampus Unsoed saat ini.


Purwokerto memang menjadi tempat incaran yang ingin kami kunjungi, bahkan jauh semasa di Melbourne, setahun yang lalu, kami sudah berandai2 makan mendoan di sana, melihat perkembangan kota yang katanya sudah merambah ke arah metropolitan (kota gaul seperti Bandung yang ramai dengan cafe2 nya), dan mengunjungi orang-orang terkasih di sana. Yu Mar, sosok yang saya ceritakan di awal adalah salah satunya.
Juga Mbak Iik yang paling terngiang2 di ingatan saya, yang adalah sosok seorang ibu pendiam nan baik hati yang setia menemani dan merawat saya selama tinggal di Purwokerto. Setiba di rumahnya di Jl. Ahmad Yani, bertemu dengan karib Ririn, si anak Sulung yang tomboi dan cablak, ceria saya berubah menjadi isak tangis yang tak tertahankan. Sedih sekali mendengan berita beliau telah tiada, menghadap Sang Khalik akibat penyakit kanker yang dideritanya. Waktu yang tidak bisa diulang, tetapi kesempatan silaturahim tidak mau terlewat begitu saja. Saya mengucap syukur bisa bertemu anggota keluarga yang lain.

Napak tilas selanjutnya adalah mengunjungi keluarga teman kami (alm. Angelia) yang tinggal di Jl. Bank. Sayang kami tidak bisa menemui Sang Ibu karena rumah tidak berpenghuni. Lalu kamipun melaju ke Kedai es Krim tersohor, Brasil, dengan menggunakan mobil pinjaman (yang tak perlu dibayar) dari rekan Sigit, kakak kelas di Jur.Komunikasi, sang Enterpreuner. Teman kami, Cheung, ikut bergabung. Perjalanan pun makin seru karena lintasan demi lintasan jalan serta tingkungan kota itu kami lalui dan decak kagum dan bingung pun terjadi (bingung karena perubahan infrastrukturnya maksudnya).

Sunday 10 May 2015

Rutin

" weekend ngapain yak? Kok begini amat yak? Acara tv ga ada yg bagus siang2. Bosen amat." Sabtu siang ini sempet mengeluarkan kalimat itu. Keluar rmh males, pengennya leyeh2 aj drmh scara selama 5 hr sebelumnya sok sibuk menjadi karyawan dan pengurus rumah tangga.
Rutinitas senin-jumat yg melelahkan rasanya ingin dituntaskan dgn weekend yang membahagiakan, bikin rileks, seru, dan sebagainya dan sebagainya.
Hmm,wait.. i have to get at some point dari tulisan gw ini. Apa yak? Hahaaha.
Jadi gini, sebenarnya ga jelek2 amat sih ngejalanin rutinitas itu. Ada orang yg bisa bertahan lama utk mengerjakan rutinitas tanpa merasa penat, dan ada juga orang kebalikan dr itu.
Pendapat pribadi aja nih y, knapa skrg menurut gw pada masa skrg ini, penggunaan kata2 "rutinitas" cenderung mengarah ke pengertian yg negatif, cenderung terasosiasikan k arti ngebosenin, ga asik, ga seru.
Sekali lagi ini pendapat pribadi. Kecenderungannya gitu.
Padahal...
Kita semua butuh rutinitas. At least utk hal2 mendasar seturut dgn kebutuhan pokok manusia, seperti:
1. Rutin buang hajat tiap hari
2. Rutin makan n minum tiap hari
3. Rutin mandi tiap hari (ini masing2 bs beda pendapat sih)
4. Rutin dpt gaji setiap akhir bulan
5. Rutin diapelin and ngapelin bagi yg masih pacaran tiap wiken
6. Rutin diperhatiin dan perhatian sama orang tua, anak, teman dekat, dll
7. Rutin belanja keperluan pribadi (timeframe, tdk bs ditentukan, sesuai dgn kemampuan masing2)
8. Rutin liburan (timeframe ditentukan berdasarkan kemampuan)
9.Rutin ke dokter gigi (anjuran dokter tiap 6 bln sekali)
10. Rutin beribadah/ berdoa ( berasa ad yg hampa kalo ga ngelakuin ini)